bismillahirrahmanirrahim,
Diantara sekian banyak tempat wisata baru di Pangalengan yang sebenarnya ada dalam bucket list-ku, entah kenapa aku justru memilih Rumah Pengabdi Setan untuk dikunjungi. Aku bukanlah penggemar film horor. Meski harus aku akui, aku menonton lengkap seluruh film Rumah Pengabdi Setan garapan Joko Anwar.
Bagi para penggemar film horor, nama Rumah Pengabdi Setan tentu sudah tidak asing lagi. Film garapan Joko Anwar ini sukses memicu adrenalin dan rasa penasaran penonton dengan atmosfernya yang mencekam. Kini, lokasi syuting film tersebut menjadi salah satu destinasi wisata unik di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.

Sebenarnya Rumah Pengabdi Setan, adalah sebuah film horor klasik Indonesia yang dirilis pada tahun 1980. Film awalnya itu disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra yang kemudian dibuat ulang oleh sutradara terkenal Joko Anwar. Film ini menggabungkan unsur-unsur supranatural, misteri, dan ketegangan yang membuatnya menjadi salah satu film horor paling terkenal dalam sejarah perfilman Indonesia. Ketenaran film ini telah memunculkan minat yang besar dari para penggemar film horor untuk mengunjungi lokasi syuting aslinya, yang juga dikenal sebagai Rumah Pengabdi Setan.
Menelusuri Jejak Film Rumah Pengabdi Setan

Rumah Pengabdi Setan terletak di kawasan perkebunan teh PTPN VIII, Desa Margamukti, Pangalengan. Bangunan tua bergaya Belanda ini dulunya merupakan rumah dinas yang ditinggali oleh para petinggi perkebunan. Kesan angker dan misterius langsung terasa saat memasuki area rumah.
Pengunjung dapat menjelajahi setiap sudut rumah yang penuh dengan kenangan seram dalam film. Dari ruang tamu yang remang-remang, lorong-lorong gelap, hingga kamar-kamar yang menyimpan rahasia kelam keluarga Rini dan adik-adiknya.
Fasilitas dan Tips Berkunjung ke Rumah Pengabdi Setan

Rumah Pengabdi Setan buka setiap hari dari jam 07.00 – 17.00 WIB. Tiket masuknya dibanderol dengan harga Rp 10.000 per orang.

Berikut beberapa tips untuk berwisata ke Rumah Pengabdi Setan:
- Datanglah bersama rombongan untuk menghindari rasa takut yang berlebihan.
- Bawalah senter atau lampu penerangan sendiri.
- Gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman untuk menjelajahi rumah.
- Patuhi peraturan dan jaga kebersihan area wisata.
- Bagi yang memiliki riwayat penyakit jantung atau mudah panik, sebaiknya tidak memasuki rumah.
Sensasi Mencekam yang Menantang Nyali di Rumah Pengabdi Setan

Berwisata ke Rumah Pengabdi Setan bukan hanya tentang melihat lokasi syuting film. Tapi, pengunjung juga akan merasakan sensasi mencekam yang ditimbulkan oleh atmosfer mistis di sekitar rumah bertingkat dua ini.
Usai membeli tiket masuk, aku memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Sedikit berjalan kaki dari area parkir, aku menemukan sederet warung makan. Mie bakso menjadi salah satu menu yang ditawarkan, dan sudah pasti jadi pilihan aku dan suami.
Saat makan, aku sempat mendengar percakapan dari rombongan meja sebelah yang baru saja keluar dari Rumah Pengabdi Setan. Salah satunya bercerita tentang ketakutannya saat di kamar ibu. Hmmm…. belum juga masuk, bulu kuduk aku sudah dibuat merinding. Apa sih yang bikin aku memilih tempat ini untuk dikunjungi sebenarnya?

Perut kenyang, saatnya uji nyali. Meski wajah berusaha untuk tersenyum di depan kamera. Suasana menuju lokasi set film Rumah Pengabdi Setan sepertinya sudah sedikit disulap untuk jadi tempat wisata. Salah satunya adalah dengan adanya kuburan palsu di bagian depan. Setahu aku sih, gak ada kaitannya ya sama film. Mungkin biar kesan mistis semakin terasa.
Rumah dengan desain jadul dengan vibes menakutkan itu akhirnya berada di depan mataku. Hmmm mau langsung masuk, tapi kok agak–agak ngeri juga ya ternyata, batinku. Sambil membaca doa, aku pun memberanikan diri untuk masuk ke bagian dalam rumah Ibu. Di depan pintu, tampak seseorang yang sepertinya juga sedang ragu untuk masuk ke dalam.

Memasuki ruang tamu set Rumah Pengabdi Setan, lukisan Ibu yang cukup besar terpampang di salah satu temboknya, seolah menyambut kedatangan setiap pengunjung. Ternyata tidak semenakutkan itu juga kok. Kesan vintage lebih terasa di ruangan depan ini dengan adanya barang-barang jadul yang tertata manis.

Suasana menuju lantai dua baru terasa mencekam dan gelap. Sebelum sempat naik ke tangga, aku sudah melihat ada boneka kuntilanak yang digantung. Oke, jangan takut, itu cuma boneka, bisikku dalam hati. Sambil berhati-hati menaiki anak tangga karena gelap.
Di lantai dua terdapat kamar Ibu. Pasti sudah pada kenal kan sama sosok Ibu yang diperankan oleh Ayu Laksmi. Di kamar ini terdapat meja rias, ranjang, kursi goyang, serta foto Ibu. Salah satu temboknya dipasang wallpaper dengan motif bunga-bunga yang sudah dimakan usia. Bayangan aku, pada masanya mungkin kamar ini memiliki tema shabby chic.
Aku sudah membayangkan akan disambut oleh Ibu di kamar ini. Tapi ternyata, aku datang di saat jam makan siang. Ternyata “setan” juga butuh makan siang. Dari kamar Ibu terdapat teras menghadap ke area halaman rumah. Sayangnya saat itu ada rombongan yang terus menguasai area teras untuk foto-foto.


Sambil menunggu sosok Ibu selesai dari jam istirahat siang, aku pun memutuskan untuk menikmati kopi yang ditawarkan di kedai kopi di seberang bangunan rumah Ibu. Saat tengah menikmati kopi, terdengar bunyi lonceng. Sepertinya itu pertanda kalau Ibu sudah hadir.

Kembali naik ke lantai dua. Kali ini aku jauh lebih percaya diri. Sampai hampir terjatuh karena kerserimpet rok sendiri. Untung dipegangin ayang. Di dalam kamar ternyata Ibu tak sendiri, tapi ditemani sosok Pocong. Memberanikan diri, aku pun minta foto bersama sama Ibu dan si Pocong. Sambil berfoto aku, aku bilang ke Ibu “Bu, tolong habis ini gak usah ikut ya. Saya masih mau lanjut liburan di Pangalengan.”
Berwisata ke Rumah Pengabdi Setan bukan hanya tentang uji nyali, tetapi juga tentang menjelajahi sejarah dan budaya di balik film horor populer ini. Pengalaman yang tak terlupakan dan penuh adrenalin menanti para pengunjung yang berani melangkahkan kaki ke dalam rumah penuh misteri ini. Kalau kamu, berani gak ke sini?
x.o.x.o

Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.