Tokoh

Sekolah Sayur: Kisah Unik Sekolah Alam di Banyuwangi

Di lereng bukit yang hijau di Banyuwangi, Jawa Timur, berdiri sebuah sekolah yang tak biasa. Bukan gedung megah dengan fasilitas lengkap, melainkan bangunan sederhana yang dihiasi oleh semangat belajar yang membara. Tak ada seragam yang kaku, tak ada bangku yang monoton. Yang ada hanyalah semangat belajar yang membara dan kehangatan persahabatan.

Sekolah ini adalah buah karya seorang pemuda visioner bernama Muhammad Farid. Muhammad Farid, seorang putra Banyuwangi yang penuh idealisme, mendirikan Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School (BIS), sebuah sekolah yang unik dengan sistem pembayaran yang tak lazim: sayur dan doa.

Mimpi Membangun Sekolah untuk Anak-Anak Kurang Mampu

Pic source: echaimutenan.com

Farid, yang lahir pada 19 April 1976, memiliki hati yang tergerak untuk membantu anak-anak kurang mampu mendapatkan pendidikan yang layak. Ia terusik oleh kenyataan bahwa banyak anak putus sekolah karena keterbatasan ekonomi. Keinginan untuk mengubah nasib anak-anak inilah yang mendorongnya mendirikan sekolah alam pada 6 Januari 2005.

Ide mendirikan sekolah alam ini muncul saat Farid sedang menempuh pendidikan S2. Ia terinspirasi oleh konsep sekolah alam yang ada di Jakarta, namun merasa biaya pendidikannya terlalu mahal. Ia bertekad untuk menciptakan sekolah alam yang terjangkau bagi semua kalangan.

Awalnya, Farid hanya memiliki sebuah aula, langgar kecil, dan satu sanggar. Sisanya, hanya saung-saung kayu sederhana. Tempat belajar di sini terbuka, seperti halaman rumah yang luas. Para siswa bebas berlarian, bermain, dan belajar di mana saja.

Berawal dari memiliki sebidang tanah wakaf dan semangat juang yang membara, dengan modal seadanya, ia membangun sekolah di atas bukit. Saat pertama kali dibuka, sekolah ini hanya memiliki beberapa siswa. Farid bahkan harus mendatangi pasar-pasar untuk mencari murid baru.

“Saya ingin anak-anak bebas berekspresi dan belajar dengan nyaman” – Farid

Sayur dan Doa: Kado untuk Pendidikan

Pic source: Seblang.com

Farid memahami kesulitan ekonomi yang dihadapi banyak orang tua. Ia tak ingin biaya sekolah menjadi penghalang bagi anak-anak untuk meraih mimpi. Maka, tercetuslah ide brilian: menerima sayur sebagai bentuk pembayaran biaya sekolah.

Benar, di sekolah ini, biaya pendidikan bisa dibayar dengan cara yang tak biasa. Selain uang tunai, orang tua murid juga boleh membayar dengan sayur-mayuran hasil kebun. Bahkan, bagi mereka yang benar-benar tidak mampu, doa pun cukup.

Sayuran yang terkumpul kemudian diolah di dapur sekolah untuk menjadi hidangan lezat bagi para siswa. Aroma masakan yang menggugah selera menjadi bukti nyata bahwa kasih sayang dan kepedulian tercurah dalam setiap hidangan.

Konsep pembayaran sekolah dengan sayur mayur mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang. Namun, bagi Farid, ini adalah cara yang efektif untuk membantu keluarga kurang mampu. Sayuran yang terkumpul kemudian diolah menjadi makanan untuk siswa.

Selain itu, konsep ini juga mengajarkan siswa tentang pentingnya gotong royong dan saling membantu. Mereka belajar bahwa pendidikan tidak hanya tentang mengejar nilai tinggi, tetapi juga tentang mengembangkan karakter dan kepedulian terhadap sesama.

Lebih dari Sekadar Sekolah: Sekolah Kehidupan

Pic souce: IG ALAM_615_BIS

Sekolah Alam BIS bukan sekadar tempat belajar, melainkan wadah untuk menumbuhkan karakter dan akhlak mulia. Para siswa diajarkan untuk menguasai berbagai ilmu, mulai dari agama, bahasa, hingga keterampilan hidup.

Di Sekolah Alam BIS, pembelajaran tidak hanya berfokus pada teori di dalam kelas. Siswa diajak untuk belajar sambil melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti berkebun, beternak, dan memasak. Mereka ditanamkan nilai-nilai cinta alam dan kepedulian terhadap lingkungan.

Selain itu, sekolah ini juga mengajarkan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Siswa diajarkan untuk sholat berjamaah, membaca Al-Quran, dan berpuasa. Bahasa Inggris juga menjadi bahasa pengantar sehari-hari di sekolah, agar siswa terbiasa dengan bahasa asing sejak dini.

Farid percaya bahwa penguasaan bahasa asing akan membuka peluang lebih luas bagi anak-anak di masa depan. Selain itu, para siswa juga diwajibkan mengikuti berbagai camp, seperti English Camp, Tahfidz Camp, dan Kitab Kuning Camp.

Farid ingin anak-anak didiknya tumbuh menjadi pribadi yang seimbang, cerdas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman. Tujuannya adalah mencetak lulusan yang tidak hanya unggul dalam akademik, namun juga memiliki karakter mulia dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.

Mengukir Jejak di Hati dan Masa Depan

Di tengah kesederhanaan, Sekolah Alam BIS telah melahirkan ratusan alumni yang sukses di berbagai bidang. Mereka datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar Jawa Timur, seperti Madura, Jember, Bali, dan Palangkaraya.

Farid tak hanya menjadi kepala sekolah, tetapi juga seorang mentor yang penuh kasih sayang. Ia selalu siap membantu para siswa, baik dalam hal akademis maupun personal.

Farid ingin sekali sekolah ini jadi tempat yang menyenangkan buat anak-anak. Di sini, mereka bisa belajar dengan senang hati, bermain sepuasnya, dan tumbuh jadi anak yang baik.

Kisah Muhammad Farid dan Sekolah Alam BIS telah menginspirasi banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Berkat dedikasinya, Farid telah berhasil mengubah hidup banyak anak-anak kurang mampu. Mereka yang tadinya putus asa, kini memiliki harapan untuk meraih masa depan yang lebih cerah.

Sekolah Alam BIS telah membuktikan bahwa pendidikan berkualitas bisa diakses oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi. Melalui sekolah ini, Farid telah menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan pengembangan potensi diri.

Penghargaan dan Kiprah yang Tak Kunjung Padam

Pic souce: IG ALAM_615_BIS

Dedikasi Farid dalam membantu anak-anak kurang mampu mendapatkan pendidikan tak luput dari perhatian. Pada tahun 2010, ia berhasil meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards kategori pendidikan. Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa perjuangannya telah diakui dan dihargai.

Meski ia telah menerima penghargaan, Farid menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kerja sama yang baik antara seluruh pihak yang terlibat, terutama anak-anak dan guru-guru.

Farid tak pernah lelah untuk berjuang. Ia terus berinovasi dan mengembangkan Sekolah Alam BIS agar semakin berkualitas. Ia berharap sekolah ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk peduli terhadap pendidikan anak-anak kurang mampu.

Sebuah Harapan untuk Masa Depan

Kisah Muhammad Farid dan Sekolah Alam BIS adalah bukti nyata bahwa pendidikan dapat menjadi jembatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan semangat yang tak kenal lelah dan kepedulian yang tulus, Farid telah menorehkan jejak di hati dan masa depan anak-anak kurang mampu.

Sekolah Alam BIS bukan hanya sebuah sekolah, melainkan sebuah simbol harapan. Harapan bagi anak-anak kurang mampu untuk meraih mimpi, harapan bagi masyarakat untuk membangun masa depan yang lebih cerah.

Farid berharap sekolah ini dapat terus menjadi pelopor dalam mencetak generasi emas bangsa yang siap menghadapi tantangan masa depan. Kisah Farid mengajarkan kita bahwa dengan sedikit kreativitas dan semangat juang yang tinggi, kita bisa membuat perubahan yang besar. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita memiliki niat yang tulus untuk membantu sesama.

Mari kita belajar dari Farid dan menyebarkan semangat berbagi dan kepedulian kepada sesama.

About Author

Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what's my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *