bismillahirrahmanirrahim,
Ketika Mas Metra menemukan Warung Ojo Lali di Tebet, rasanya seperti berhasil menemukan hidden gem untuk masakan Jawa Timur. This is so precious.
Katanya sih berawal dari bosan makan siang yang itu-itu aja, jadi Mas Metra berjalan ke arah Tebet Eco Park untuk mencari menu makan siang baru. Dagangan siomay yang berada di depan Warung Ojolali membuat dia akhirnya memutuskan untuk mampir ke dalam. Siapa yang nyangka, ternyata bukan siomay yang akhirnya jadi makan siang dia, tapi tahu campur khas Jawa Timur.
Warung Ojo Lali Tebet, Pelepas Rindu akan Masakan Jawa Timur

Harap maklum, aslinya baik aku maupun Mas Metra bukan orang yang suka kulineran. Kami sama-sama tipe yang makan hanya di saat perut terasa lapar. Makanya, meski ternyata Warung Ojo Lali Tebet ini sudah lama ada, buat kami ini seperti temuan yang begitu berharga.
“Kamu inget gak kita makan tahu campur pas di Lamongan dulu? Nah ini tuh tahu campurnya persis kayak gitu. Ada petisnya. Kamu harus coba juga pokoknya,” begitu tutur Mas Metra ketika menceritakan hasil temuannya yang ternyata hanya berjarak sekitar 200 m dari kantornya. “Tapi jangan ke sorean ya, suka udah abis tahu campurnya kalau sore-sore gitu.”
Temuan Mas Metra soal warung makan yang menyajikan makanan khas Jawa Timur ini gak bisa dibiarkan begitu saja, selain aku harus mencicipi, aku juga harus menceritakannya ke teman-teman Jawa Timur-ku yang tinggal di sekitar Jabodetabek. Pasti mereka juga rindu akan masakan kampung halaman mereka. Salah satunya adalah Amanda (Manda), yang meski berasal dari Jawa Tengah, tapi pernah cukup lama tinggal di Jawa Timur, jadi bisa dijamin, dia rindu akan tahu campur.
Benar aja, reaksi pertama dia adalah “Di Tebet ada tahu campur, mbak? Mau banget! Susah sekarang nyari tahu campur tuh. Aku sampai harus ke Pondok Indah kadang kalau mau.”
Singkat ceritanya akhirnya aku pun tiba di Warung Ojo Lali Tebet. Tempatnya ada di jalan Tebet Timur Dalam Raya kav 81 no 9, Jakarta Selatan. Gak jauh dari arah Tebet Eco Park. Di pinggir jalan persis, tapi memang nyaris gak terlihat.

Di bagian depan yang terlihat adalah gerobak siomay. Pantes saja Mas Metra justru awalnya berpikir mau makan siomay. Sementara papan tulisan Ojo Lali-nya ada di atas, agak terlalu tinggi, apalagi bagi pejalan kaki. Saat aku tiba, ada sebuah mobil yang parkir persis di depan pintunya, sehingga benar-benar gak terlihat kalau di sini tuh ada tempat makan.
Alasan tempat ini gak punya lahan parkir sepertinya karena Warung Ojo Lali ini didirikan di bagian halaman sebuah rumah. Sudah jadi bangunan permanen ya. Makanya untuk yang datang bawa kendaraan, parkirnya persis di pinggir jalan.
Jangan bayangkan sebuah warung kecil ataupun rumah makan yang besar ya. Kalau dilihat dari ukurannya Warung Ojo Lali ini berada persis di tengah-tengahnya, gak kecil, cukup leluasa, meski siap-siap sedikit merasa panas karena hanya ada kipas angin yang memberikan kesejukan. Namanya juga warung makan, bukan tempat hang out, aku aja yang keasikan terus ngobrol sama Manda, Ale, dan Mas Metra usai bersantap.

Gak ada yang istimewa dari tampilan Warung Ojo Lali. Tapi, tembok bata berwarna putih yang memisahkan beberapa ruas area menarik mata aku. Ternyata ada kedai kopi kecil juga di sini. Sayang lagi tutup saat aku ke sana, jadi aku belum mencoba kopinya.
Menu yang ditawarkan di Warung Ojo Lali makanan-makanan khas Jawa Timur, selain tahu campur ada juga rawon, pecel ayam dan pecel lele, tahu telur, tahu tektek, serta rujak cingur. Aku langsung girang. Rujak cingur itu salah satu makanan kesukaan aku.

Soal harga menurut aku cukup affordable untuk makanan di daerah Tebet. Jangan bandingkan sama harga di Jawa Timur-nya. Satu porsi rujak cingur gak pedas untuk aku, dua tahu campur untuk Amanda dan Mas Metra, pecel ayam buat Ale. Gak pake lama, makanan pun langsung tiba.


Penuh perjuangan menahan air liur agar tidak menetes. Cacing-cacing di lambungku pun sepertinya langsung kegirangan, memori menyantap rujak cingur di Bondowoso bermain dalam benakku. Kira-kira rasanya bakal sama gak ya? bisik hati kecilku.


Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaa bannaar
Jangan lupa, baca doa dulu sebelum makan, setelah selesai memotret makanan.
Saatnya kita makan! Karena aku bukan yang ahli dalam mengomentari makanan, overall menurut aku sih rujak cingurnya enak. Manda dan Mas Metra juga approved tahu campur-nya. Persis dengan makanan yang biasa dimakan di Jawa Timur. Bahkan rasa petisnya tuh terasa banget, gak pelit (waktu di Lamongan malah rasanya petisnya tuh sedikit banget).
Apa aku bakal kembali lagi ke Warung Ojo Lali ini? Tentu saja! Aku kan belum makan tahu campurnya. Mau coba jajan kopinya juga. Apalagi lokasinya gak jauh dari kantor Mas Metra.
Buat yang mau menikmati kuliner Tebet yang satu ini, usahakan jangan terlalu sore ya. Tahu campur yang tersisa hari itu benar-benar pas tinggal dua. Manda yang tadinya mau bungkus buat ayahnya terpaksa gak jadi deh. Padahal kayaknya ayah Manda udah ngiler di rumah :p Mungkin ini pertanda, Manda harus balik lagi juga ke Warung Ojo Lali. Kalau kalian kira-kira mau juga gak berkunjung ke sini? Usahakan siang hari aja ya, biar gak keburu habis. Dan jangan ke sini hari minggu ke-dua dan ke-empat, karena Warung Ojo Lali tutup.
x.o.x.o
Warung Ojo Lali Jalan Tebet Timur Dalam Raya Kav.81 No.9, RT.8/RW.8, Tebet Tim., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12820

Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.
Wah saya sering banget lewat di depan restoran ini Mba, tapi malah belum pernah masuk, besok2 rasanya perlu coba ya………gambar tahu campurnya itu bikin lapar Mba….