Menurut beberapa survei, minat baca di Indonesia rendah. Ada banyak penyebab yang membuat minat baca di Indonesia ini rendah, kemajuan teknologi dalam bentuk internet seringkali dianggap menjadi salah satu penyebab menurunnya minat baca yang rendah. Tak bisa dipungkiri, akses untuk mendapatkan internet saat ini memang sudah jauh berkembang cukup pesat. Di daerah-daerah, smartphone dan kuota internet sudah menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari. Tapi bagaimana dengan akses membaca?
Hal lainnya yang membuat minat baca di Indonesia rendah adalah akses buku yang masih sulit didapatkan. Harga buku yang tak bisa dibilang murah, fasilitas perpustakaan yang kurang, turut andil dalam menyebabkan kurangnya minat baca di Indonesia.
Heri Chandra, Ajak Orang Desa untuk Mengenal Sastra
Heri Chandra Santosa (Foto: Satu Indonesia Awards)
Heri Chandra Santoso adalah seorang individu yang luar biasa dan penuh dedikasi dalam memajukan pendidikan di daerah pedesaan. Ia telah membentuk Komunitas Lereng Medini (KLM), sebuah komunitas yang memberikan ruang bagi pelajar desa untuk belajar sastra dan budaya di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah. Berawal dari obrolan bersama dua rekannya, Sigit Susanto, Nurhadi, mereka sepakat merasa perlunya ruang bersama untuk wadah berbagi ide.
Kemah Sastra III, salah satu kegiatan KLM (Foto: Instagram KLM)
Pada tahun 2008, Heri memutuskan untuk mendirikan Komunitas Lereng Medini (KLM). Sudah sejak lama, Heri menyadari pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak di pedesaan. Ia melihat bahwa banyak pelajar desa yang kesulitan untuk mengakses pendidikan luar sekolah, terutama dalam hal sastra dan budaya. Hal ini membuat Heri bertekad untuk memberikan kesempatan kepada mereka agar bisa belajar dan mengembangkan minat mereka dalam bidang ini.
Tujuan utama KLM adalah memberikan ruang bagi pelajar desa untuk belajar sastra dan budaya. Dalam komunitas ini, Heri mengajarkan berbagai jenis sastra seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Selain itu, KLM juga memberikan kesempatan kepada pelajar untuk berlatih dalam pertunjukan teater dan seni budaya lainnya.
Sebelum membangun komunitas ini, lebih dulu Heri membuka membuka perpustakaan gratis 23 “Pondok Maos” pada 2006. Perpustakaan ini memanfaatkan rumah Sigit yang terletak di Jalan Raya Bebengan 221, Desa Bebengan, Boja. Koleksi bukunya sebagian besar adalah karya sastra, baik sastra Indonesia maupun asing. “Sebelum belajar sastra, kita perkenalkan mereka dengan bacaan,” begitu kata Heri.
Komunitas Lereng Medini (KLM) memiliki program belajar yang terstruktur dan terorganisir dengan baik. Heri menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan minat pelajar desa. Ia juga bekerjasama dengan guru-guru lokal dan sukarelawan untuk membantu mengajar dalam komunitas ini. Dengan adanya komunitas ini, para pelajar desa bisa memperluas wawasan mereka dan mengembangkan kemampuan sastra mereka secara maksimal.
Selain memberikan ruang untuk belajar, KLM juga sering mengadakan berbagai kegiatan dan pertunjukan di desa-desa sekitar. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan seni dan budaya kepada warga desa dan juga mengenalkan karya-karya pelajar dari Komunitas Lereng Medini. Dalam setiap pertunjukan, Heri selalu menyaksikan kemajuan peserta didiknya secara langsung dan memberikan motivasi serta dukungan kepada mereka.
Keberhasilan Komunitas Lereng Medini (KLM) tidak terlepas dari peran penting Heri Chandra Santoso sebagai pendiri dan fasilitator utama. Dedikasinya yang tinggi dan semangatnya yang tak kenal lelah untuk membawa perubahan di pedesaan adalah contoh yang menginspirasi banyak orang. Melalui KLM, Heri telah memberikan ruang dan peluang kepada pelajar desa untuk tumbuh dan berkembang dalam bidang sastra dan budaya.
Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.