bismillahirrahmanirrahim,
Pernah enggak memikirkan soal kematian? Gue termasuk yang cukup sering memikirkan soal ini. Bagaimana persiapan kematian gue nanti, apakah akan menyusahkan banyak orang? Yang namanya kematian pasti datangnya sewaktu-waktu, yang siap enggak siap, mau enggak mau memang akan terjadi tanpa kita bisa melawan takdir Sang Illahi.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kematian terasa semakin dekat. Hampir setiap hari saat membuka media sosial, ada aja berita duka. Yang paling bikin terasa sedih, enggak sedikit yang kehilangan langsung beberapa anggota keluarganya. Secara enggak langsung, gue pun kembali memikirkan soal persiapan kematian.
Persiapan kematian ada hal menurut gue. Yang pertama adalah amal ibadah. Tentunya ini adalah bekal utama untuk bisa tenang di akhirat nanti. Saat kemarin merenungkan soal resolusi 2021, gue mulai merenungkan kembali soal ibadah gue selama ini, seperti shalat, puasa, mengaji, dan lain sebagainya.
Sebenarnya berada di rumah aja seperti sekarang ini jadi memberikan banyak waktu untuk beribadah. Kalian pada merasa enggak? Masalahnya, apakah waktu lebih kita ini sudah kita manfaatkan untuk beribadah lebih banyak atau justru lebih banyak untuk hal lain. Tulisan persiapan kematian ini jadi seperti teguran sendiri buat gue. Gue masih lebih banyak menghabiskan waktu untuk menikmati me time, seperti menonton, membaca, dan rebahan. Mungkin ini saatnya gue untuk mulai lebih banyak meluangkan waktu untuk ibadah. “Ingat, Dian, kematian itu datangnya tiba-tiba, elo harus mempersiapkan kematian yang nanti akan datang tanpa penyesalan.”
Hal lain dalam persiapan kematian versi gue adalah menyiapkan soal pemakaman. Apa elo pernah memikirkan akan dimakamkan dimana?
Tempat Peristirahatan Terakhir, Persiapan Kematian Travel Galau
Sudah sejak beberapa tahun yang lalu gue pernah bertanya sama Mas Metra, kalau meninggal mau dimakamkan dimana? Seperti biasa, jawaban dia adalah: itu sih terserah yang masih hidup aja.
Benar sih. Sebenarnya gue juga berpikir seperti itu. Urusan gue akan dimakaman dimana, gue enggak terlalu ambil pusing. Tapi di satu sisi, gue juga tahu kalau hal ini harus dipikirkan dari sekarang agar enggak jadi masalah. Lho memangnya soal pemakaman bisa jadi masalah?
Menurut gue tanpa persiapan kematian, bisa aja timbul masalah dengan keluarga besar. Gue dan Mas Metra saat ini tinggal di Jakarta. Keluarga besar gue tinggal di Bandung dan punya lahan pemakaman keluarga sendiri. Sementara keluarga Mas Metra berada di Bondowoso. Bisa aja kan ketika salah satu dari kami meninggal dunia, minta dimakamkan di kampung halaman masing-masing oleh keluarga kami. Enggak masalah kalau biayanya ada, masalahnya, aku tahu, biaya pemakaman itu sendiri cukup mahal, ditambah biaya ambulance sebagai saranan transportasi ke pemakamannya.
Makanya di saat orang-orang cari perumahan, gue justru mencari pemakaman muslim. Gue mungkin aneh ya? Tapi yang ada dipikiran gue memang kalau bisa, saat kematian datang menjemput, gue enggak mau membuat orang yang ditinggalkan kebingungan memikirkan soal pemakaman gue, apalagi biaya.
Keluarga besar gue dari mama memang memiliki makam keluarga. Tapi enggak akan cukup untuk kami semua. Keluarga mama itu keluarga besar. Apalagi sebagian tanahnya sudah berubah menjadi tol saat ini hehehe…. Makanya gue tertarik sekali saat melihat Al Azhar Memorial Garden. Kenapa?
Alasan pertama adalah karena ini merupakan taman pemakaman khusus muslim. Selain itu dari sisi jarak juga enggak terlalu jauh dari Jakarta, tempat gue tinggal saat ini. Biaya ambulance enggak akan semahal kalau harus mengantarkan jenasah gue ke Sumedang. Al Azhar Memorial Garden sudah 9 tahun melayani pemakaman Khusu Umat Muslim dalam penanganan jenazah, mulai dari penyediaan lahan makam hingga pelaksanaan prosesi pemakaman yang khidmat dan sesuai syariah.
Ini cara gue mempersiapkan kematian. Gimana dengan elo? Sejauh mana memikirkan soal kematian?
x.o.x.o
Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.
[…] sama aku. Cepat atau lambat. Soal kematian, aku pernah membuat tulisan 8 Hari Menuju Kematian dan Persiapan Kematian Travel Galau. Keduanya memang tulisan pesanan, tapi bagaimana aku memandang kematian kurang lebih tak jauh beda. […]