bismillahirrahmanirrahim,
2020 adalah tahun yang paling enggak bisa diprediksi, oleh siapa pun sepertinya, bukan aja sama gue, si Travel Galau. 2020 gue yang diawali dengan banjir, korslet dan hampir mengalami kebakaran, dilanjut dengan masa pandemi yang belum berakhir sampai saat ini.
Jujur, ada kalanya gue merasa lelah dan jenuh menjalani hari-hari di tahun 2020 kemarin. Awal-awal masa pandemi gue isi dengan masa denial, menolak untuk menerima kondisi dimana gue harus terkurung di rumah. Tapi seiring waktu, gue pun belajar untuk ikhlas dan menerima kenyataan. Setelah gue mulai bisa menerima, ternyata 2020 is not that bad.
Work from home yang dilakukan Mas Metra sampai saat ini bikin gue jadi bisa banyak waktu bersama dia. Meski dia tetap lebih banyak sibuk di depan laptopnya untuk bekerja, tapi justru membuat waktu mengobrol kami jadi lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ada banyak bahasan ini itu yang kami bahas, termasuk untuk kembali memulai program hamil.
Beberapa hari yang lalu usia pernikahan gue memasuki tahun ke-17. Kalau anak udah masuk masa remaja. Sayangnya justru yang terasa belum lengkap dalam rumah tangga gue adalah kehadiaran buah hati. Di hari ulang tahun pernikahan kami kemarin itu, Mas Metra menawarkan untuk IVF lagi. Hmmm siap enggak ya gue untuk program hamil ke dokter lagi?
Beberapa Hal yang Harus Dipersiapkan dalam Program Hamil
Beberapa teman dan keluarga suka bertanya, kenapa harus mastiin diri siap enggaknya sih. Udah ditawari untuk program hamil kok bukannya langsung lakukan aja. Terus terang, buat gue, memutuskan untuk program hamil itu enggak semudah membalikan telapak tangan. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan, dan ini beberapa diantaranya:
Keuangan
Biaya program hamil itu enggak murah. Apalagi bayi tabung. Biaya IVF terakhir gue kalau enggak salah sekitar 45 juta. Masih lebih murah dibanding di tempat lain sebenarnya. Tapi ya tetap saja, harus punya tabungan untuk program hamil ini dan punya tabungan untuk hidup kedepannya pastinya. Hei, cita-cita gue itu punya anak kembar 3. Kebayang dong, mahalnya biaya hidup kami kelak? Ahahahaha
Waktu
Program hamil itu memakan waktu yang enggak sebentar. Bukan sekadar satu siklus mensturasi. Harus bolak-balik ke dokter di waktu-waktu tertentu. Biasanya program hamil itu dimulai saat mens hari pertama atau maksimal hari ketiga. Buat yang siklusnya berantakan ini tentu berarti harus siaga ke dokter.
Belum lagi dalam prosesnya, adakalanya gue harus datang ke UGD jam 3 pagi untuk mendapatkan suntikan pemecah sel telur. Jam 3 pagi! Bersyukur Mas Metra suami yang paham soal ini, dan ikhlas mengantarkan gue ke UGD dini hari.
Dokter yang pas
Menemukan dokter yang cocok dengan kita itu ibarat mencari jodoh calon suami, susah! Gue termasuk yang loyal kalau sudah menemukan dokter yang cocok. Gue bertahan di dr B sampai satu tahun lebih, baru pindah setelah beberapa kali gagal dan karena enggak bisa bayi tabung di sana.
Dan dokter yang terakhir pun masih tetap bikin gue nyaman sampai saat ini. Sayangnya beliau sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Ini salah satu alasan kenapa gue masih ragu untuk memulai program hamil lagi. Gue harus mencari dokter yang pas di hati gue.
Buat gue dokter yang pas itu bukan sekadar yang enak diajak berdiskusi atau dalam cara menjelaskan, tapi juga yang enggak ribet untuk proses pendaftarannya. Gue pernah merasakan ketika menstruasi hari pertama, bersuaha daftar dokter, ternyata penuh, dan baru bisa seminggu kemudian. Itu berarti aku baru bisa mulai program hamil di bulan berikutnya (itu juga kalau pas menstrusasi bisa daftar pas lagi).
Mengatur pola hidup yang sehat
Program hamil bukan berarti tinggal nurut aja apa kata dokter dan minum obat-obatannya. Tapi gue juga harus bisa mengatur pola hidup yang sehat. Mengurangi gula, mengurangi tepung terigu, berhenti kopi adalah sebagian things to do gue saat kembali program hamil. Apakah saat ini gue sudah siap untuk berhenti menikmati kopi? Rasanya gue belum seyakin itu untuk kembali program hamil.
Menyesuaikan aktivitas
Ini sih yang paling bikin gue berat saat ini. Program hamil buat gue artinya adalah gue harus kembali bed rest. Memang enggak diwajibkan sama dokter, tapi Mas Metra menuntut gue untuk di rumah aja dan bed rest. Padahal gue lagi menikmati betul kegiatan gue beberapa tahun terakhir, setelah cukup lama gue menyandang predikat “Ibu Kerangkeng” gara-gara gue harus berada di rumaha aja.
Program IVF di Penang
Sebenarnya udah agak lama gue menginginkan untuk kembali program hamil tapi bukan di sini, melainkan di Malaysia, Penang tepatnya. Ada beberapa pertimbangan kenapa gue pengen IVF di Penang, salah satunya karena bisa sambil liburan.
Bukan bermaksud lebay, tapi pressure program hamil itu yang gue rasakan cukup bikin stres. Mulai dari harus menghadapi pertanyaan banyak orang sampai dengan luapan emosi akibat obat hormonnya. Belum lagi kalau kepikiran soal keberhasilannya. Makanya beberapa tahun yang lalu gue sempat berpikir untuk IVF di Penang.
Alasan lain adalah kemudahan proses pendaftarannya. Aku tinggal menggunakan jasa Medical Tourism Malaysia, semua urusan proses persiapan untuk program hamil di Malaysia ini bisa mereka atur. Layanan healthcare Malaysia ini tuh akan memberikan rekomendasi rumah sakit terbaik di Malaysia sesuai yang kita butuhkan. Pastinya rumah sakit ini sudah didukung oleh tenaga medis yang berpengalaman.
Gue enggak perlu repot bolak balik Indonesia – Malaysia hanya untuk urusan administrasi, karena Medical Tourism Malaysia ini juga memberikan kemudahan untuk jadwal kunjungan dokter. Bukan hanya itu, bahkan estimasi biaya perawatan dan pengobatan pun bisa mereka berikan. Menarik sekali bukan? Informasi lengkapnya bisa lewat website mereka di https://medicaltourismmalaysia.id/
New Year, New Me
Saat ini gue mungkin belum bisa untuk serius program hamil IVF. Kondisi pandemi membuat keterbatasan untuk bisa leluasa ke rumah sakit, apalagi ke Penang, belum bisa untuk saat ini. Tapi bukan berarti gue menyerah dan putus asa. Kita mulai dari yang memungkinan saja.
Resolusi gue tahun ini adalah pelan-pelan beralih pada pola makan yang sehat. Belum berhenti total sama kafein, tapi mengurangilah. Apalagi memang belakangan ini lagi-lagi kondisi gue dibuat drop karena imunitas yang lemah.
Kebetulan banget, berkaitan dengan New Year, New Me, lagi ada lomba menggunakan filter buatan akun instagram @medtourismmy.id. Caranya tuh mudah banget, tinggal pakai filternya, ikuti games-nya. Mention 3 teman untuk ajak. Tulis juga resolusi tahun 2021. Ayo pada ikutan!! Gue udah ikutan nih.
Sekian dulu tulisan gue ini ya. Mari sama-sama berdoa agar masa pandemi ini bisa segera beakhir dankita bisa segera beraktivitas dengan normal kembali.
x.o.x.o
Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.
[…] Tentunya ini adalah bekal utama untuk bisa tenang di akhirat nanti. Saat kemarin merenungkan soal resolusi 2021, gue mulai merenungkan kembali soal ibadah gue selama ini, seperti shalat, puasa, mengaji, dan lain […]