bismillahirrahmanirrahim,

Kalau Itali punya Menara Pisa, kita yang di Jakarta juga bangungan serupa, Menara Syahbandar. Keduanya ini gue bilang serupa karena sama-sama merupakan menara miring. Sama juga seperti Menara Pisa, kemiringan yang terjadi di Menara Syahbandar ini enggak disengaja, tapi karena getaran pada lalu lintas setiap kali truk kontainer melintas. Maklum, lokasinya memang berada persis di pinggir Jalan Pasar Ikan yang ramai dengan truk kontainer, menuju atau dari Pelabuhan Sunda Kelapa.

Katanya di tahun 1980, kemiringan menara ini hanya dua derajat saja, tapi kini tingkat kemiringan sudah enam derajat. Duh, ngeri banget, lama-lama bangunan bersejarah ini bisa ambruk dong kalau dibiarkan begini. Itu sebabnya, sekarang untuk menjaga menara ini agar tidak terlalu miring, jumlah pengunjung yang naik ke atas dibatasi maksimal 20 orang saja, dan perawatan pun rutin dilakukan. Syukurlah, semoga Menara Syahbandar ini bisa terus terawat ya, karena selalin tempat bersejarah, tempat ini juga asik untuk menikmati pemandangan Pelabuhan Sunda Kelapa plus foto-foto.
Menara Syahbandar, Kisah Titik Nol Kilometer Jakarta
Meskipun menara ini letaknya di pinggir jalan raya persis, tapi gue justru memilih menikmati Menara Syahbandar usai dari Museum Bahari. Enggak ada lagi biaya tiket yang dikenakan untuk naik ke atas menara setinggi 12 meter ini, semuanya sudah satu paket dengan tiket masuk Museum Bahari dan Menara Syahbandar, yakni Rp 5.000 untuk orang dewasa, dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Harga yang enggak bikin kantong jebol, jadi mahal bukan alasan buat kamu enggak berkunjung ke museum.

Beruntung siang hari itu tidak terlalu ramai. Gue bisa leluasa naik ke atas menara tanpa harus menunggu antrian. Di atasnya juga lenggang, kalau tak salah ingat, selain gue dan Mas Metra hanya ada 2 atau 3 pengunjung lainnya.
Menara ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1834. Saat itu menara ini berfungsi sebagai ruangan untuk mengawasi keluar masuknya kapal Batavia. Dari lantai 3 menara ini, gue bisa dengan leluasa menikmati pemadangan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebenarnya tadinya gue merencanakan untuk foto-foto di sana, tapi akibat teriknya matahari, Mas Metra menolak untuk melanjutkan perjalanan ke sana. Sebelumnya dia berharap kalau Pelabuhan Sunda Kelapa ini tampak seperti pelabuhan-pelabuhan yang ia temui di pinggir Pantura, bukan yang banyak kontainer. Padahal buat gue, justru foto-foto dengan kontainer itu kan instagramable. Well, maybe next time.
Bukan cuma Pelabuhan Sunda Kelapa yang bisa kita pandangi dari atas menara ini. Sisi yang lain menghadap ke arah Kota Tua, Gelangang VOC, Jembatan Kota Intan bisa terlihat cukup jelas dari tempat ini.

Selain sebagai menara pengawasan, menara dengan luas 4 x 8 meter ini juga digunakan sebagai kantor pabean. Kalau sekarang karena namanya juga museum ya berisi barang-barang peninggalan di masa itu, seperti teropong, lentera yang usianya sudah hampir satu setengah abad.


Di lantai paling bawah, tak jauh dari tangga naik terdapat sebuah batu dengan aksara Cina. Batu ini merupakan batu prasasti kedangan Saudagar Cina pada Abad ke-17 sekaligus penanda Titik Nol Jakarta. Iya, meski titik nol kilometer Jakarta sempat dipindahkan ke Monumen Nasional, tapi pada tahun 1977 Gubernur Jenderal Ali Sadikin menandatangi eksistensi Menara Syahbandar sebagai titik nol kilometer Jakarta.
Puas foto-foto di atas, foto-foto di area luar juga asik banget. Pecinta pintu dan jendela vintage enggak boleh melewatkan spot foto ini. Karena menara ini terdiri dari 3 pintu berwarna toska dengan bingkai berwarna merah marun. Katanya jendela dan pintu di sini masih asli. Satu, dua, tiga….mari berfoto!
Cara Menuju Menara Syahbandar dan Museum Bahari

Enggak sulit untuk menuju Menara Syahbandar dan Museum Bahari ini. Kalau kamu bawa kendaraan sendiri, kamu bisa parkir langsung di depan Menara Syahbandar atau di parkiran Fatahilah. Kalau bingung jalan, Google Maps atau Waze dengan mudahnya akan membantu memberikan arahan jalan kok, enggak usah takut nyasar.
Selain itu kamu juga bisa menggunakan Transjakarta rute koridor 12E yang juga dikenal dengan nema “History of Jakarta Explorer.” Atau kalau mau sambil jalan kaki bisa juga dari Kota Tua, jaraknya hanya sekitar 1,2 km kalau dari Museum Fatahilah. Kamu bakal bisa sekalian foto-foto dengan background mural yang menarik di sepanjang jalan Kakap. Atau, kalian juga bisa menggunakan ojek sepeda. Hei, ini hal yang jarang ditemui di Jakarta, dan hanya ada di beberapa tempat saja, termasuk di sekitar Kota Tua dan Pelabuhan Sunda Kelapa. So, sekali-kali ayo coba juga naik ini. Gue juga belum pernah sih, sejauh ini masih senang berjalan kaki.


Sudah pernah menjelajah Menara Syahbandar dan Museum Bahari, ayo dong ceritakan di kolom komentar. Apakah kalian sama seperti gue yang menikmati kunjungan di dua tempat ini, atau justru sebaliknya? Kalau belum, apa kalian tertarik untuk berkunjung juga setelah membaca tulisan Travel Galau ini? Gue tunggu ya jawaban kalian.
x.o.x.o

Menara Syahbandar Alamat: Jl. Ps. Ikan , Penjaringan, Kec. Penjaringan, jakarta Utara Jam Buka: Selasa - Minggu, 08.00 - 16.00 WIB Harga Tiket: Rp 5.000 untuk dewasa umum, Rp 2.000 untuk anak-anak

Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.
Aku jadi pen ikutan ke titik nol jakarta. Belom pernah kesana dan ke museum fatahillah.
Wah,ada prasasti bahasa mandarin nya, andai Aku bisa baca tulisan itu, jadi penasaran gimana bunyinya.
Dilihat dari titik lain, menara syahbandar juga mengisyaratkan bagaimana progress kemajuan ekonomi Jakarta pada masa itu, betapa majunya sistem perdagangan membuat Jakarta semakin besar.
Aku juga suka jalan ke tempat undercover begini, yang orang jarang menjelajahinya. Setuju Mbak, foto2 depan kontainer itu hasilnya ciamik.
Sedihnya, titik nol di kota saya Malang, lokasinya nggak banyak orang yang tahu. Dari pihak pemkot sendiri juga tidak memberikan perhatian khusus sih. Seharusnya tempat-tempat bersejarah memang dirawat dan diperhatikan seperti nol kilometer di kota-kota lain seperti Jakarta dan Yogyakarta.
Epic banget deh liat baju mbak dian di museum ini. Sesuai dengan warna2 laut juga hehehe.. harga tiketnya donkkkk murah buangettt
Jadi deket museum fatahillah bisa jalan kaki ke sana ya. Ah kapan kapan mau ke sana, pernah ke kota tua dua kali tapi nggak ngeh ke kilometee Jakarta. Seruu.
Aku belum keturutan ke sana udah pandemi aja huhu
Keinget kalau gak salah 2009 tuh aku ke kota tua tapi udah kesorean, ditawarin sama bapak2 ke area menara ini, tp krn khawatir waktunya gak nyampek gak jd
Saat pengen balik blm ada kesempatan. Jalan keliling Jakarta utamanya area yg banyak peninggalan sejarah emang nyenengin ya, khususnya bagi aku yg bertahun2 tinggal di sini tapi blm banyak jelajah jkt haha
Agak reuwas ya…teh, naik ke Menara Syahbandar.
Tapi alhamdulillah…aman.
Aku tapi jadi naksir OOTDnya teteh niih….roknya lucu bet!
Ini lokasinya di kota tua kan Kak. Aku sih belum pernah memandang potret kota jakarta dari atasnya. Bagus juga buat spot foto-foto ya….
[…] ini memang tak jauh, mungkin itu sebabnya dijadikan satu paket. Tapi gue bakal menulis tentang Menara Syahbandar di tulisan yang terpisah […]