Sudah bukan rahasia lagi kalau pantai-pantai di Ujung Genteng, Sukabumi, adalah rumah bagi beberapa pantai paling indah. Pantai-pantai di Ujung Genteng merupakan permata tersembunyi yang menawarkan pesona luar biasa. Ini yang menjadi alasan aku rela ke Ujung Genteng sampai 4x meski tahu betul bagaimana jauhnya dan kondisi jalanan menuju Ujung Genteng. Perjalanan 6 jam dari Jakarta rasanya sepadan mengingat pesona kecantikan yang ditawarkan di Ujung Genteng. Asal, jangan cuma 1-2 hari di Ujung Gentengnya ya.
Sedikit bosan dengan pantai-pantai mainstream di Ujung Genteng seperti Pantai Pangumbahan, Pantai Cipanarikan, dan Pantai Ujung Genteng, kali ini aku memasukkan beberapa pantai-pantai yang sedikit anti mainstream dalam itinerary, mulai dari Pantai Batu Panganten, Taman Pandan, serta Bukit Teletubbies yang katanya menawarkan Pantai Pasir Hitam.
Semua pantai yang tadi aku sebutkan itu sebenarnya saling berdekatan. Semua berada di sisi pantai barat Ujung Genteng. Kalau kita menuju pantai Ujung Genteng, semua pantai-pantai itu berada di sisi kiri dari jalan utama. Tidak susah untuk menemukan akses masuknya, hanya saja soal akses masuk ke dalamnya itu yang sempat membuat aku ragu, apakah benar bisa dilalui mobil?
Pantai Batu Panganten Ujung Genteng: Surga Tersembunyi di Sukabumi

Hari ke-empat road trip anniversary aku punya satu hari full di Ujung Genteng. Setelah sarapan di Moana Beach Cafe, saatnya explore pantai-pantai. Wisata Batu Panganten jadi destinasi pertama, karena lokasinya yang terjauh. Perkiraan jarak dari Pondok Nuansa, tempat aku menginap di Ujung Genteng kali ini sekitar 11 km, gak sampai setengah jam perjalanan.
Pantai Batu Panganten menyajikan panorama pantai yang indah dengan pasir putih bersih, air laut biru jernih, dan ombak yang tenang. Dikelilingi oleh tebing-tebing karang yang kokoh, pantai ini menawarkan suasana yang tenang dan damai. Pengunjung dapat bersantai di tepi pantai, menikmati angin sepoi-sepoi, dan mendengarkan deburan ombak yang menenangkan.

Terletak di Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Pantai Batu Panganten menawarkan pesona alam yang memukau dan masih alami. Pantai ini belum banyak dikunjungi wisatawan, sehingga menjadikannya surga tersembunyi yang ideal untuk melarikan diri dari keramaian dan hiruk pikuk kota.
Dinamakan Batu Panganten karena di pantai ini terdapat dua batu besar yang saling berdekatan dan menyerupai sepasang pengantin. Batu-batu ini menjadi ikon utama pantai dan menjadi spot foto favorit para pengunjung.

Selain bersantai, terdapat berbagai aktivitas menarik yang dapat dilakukan di Pantai Batu Panganten, seperti:
- Bermain air: Air laut yang jernih dan tenang di pantai ini sangat ideal bermain air.
- Memancing: Bagi pecinta memancing, Pantai Batu Panganten merupakan spot memancing yang ideal. Banyak ikan yang dapat dijumpai di pantai ini, seperti ikan kakap, kerapu, dan baronang.
- Berkemah: Pengalaman berkemah di tepi pantai dengan pemandangan yang indah akan menjadi momen yang tak terlupakan.
- Menjelajah alam: Pengunjung dapat menjelajahi tebing-tebing karang dan gua-gua kecil di sekitar pantai.
- Berfoto: Pemandangan alam yang indah dan unik di Pantai Batu Panganten menjadikannya tempat yang ideal untuk berfoto.
Fasilitas dan Akomodasi
Meskipun belum banyak dikunjungi wisatawan, Pantai Batu Panganten telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas, seperti:
- Tempat parkir
- Warung makan
- Toilet
- Mushola
Akses Menuju Pantai Batu Panganten
Pantai Batu Panganten dapat diakses dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Dari Kota Sukabumi, perjalanan memakan waktu sekitar 4-5 jam. Pengunjung dapat mengikuti rute:
Sukabumi – Jampang Kulon – Surade – Ujung Genteng – Pantai Batu Panganten
Hampir Gagal ke Pantai Batu Panganten, Ujung Genteng
Informasi tentang Batu Panganten ini baru aku ketahui beberapa hari sebelum keberangkatan. Gara-gara gak sengaja lihat video Tiktok yang tengah melaksanakan pre-wedding di sini. Kalau lihat di video sih, sepertinya aksesnya memungkinkan untuk menggunakan kendaraan roda empat. Apalagi di video itu pre-weddingnya sebelum matahari terbit, asumsi aku jalanan cukup baik.

Tapi ternyata aku salah. Setelah si putih berbelok memasuki gapura Wisata Batu Panganten, yang pertama terlihat adalah jalanan berbatu. Luas jalannya masih cukup sih untuk mobil lewat. Gak pa-pa, pelan-pelan aja, ucapku pada suami. Semakin masuk, jalanan berubah jadi jalan tanah. Hatiku mulai dilanda rasa cemas. Bukan apa-apa, tadi malam habis hujan, dan jalanan jadi becek. Gak lucu kan kalau sampai selip?! Aku cuma berdua, dan aku gak bisa bawa mobil.


Pantai mulai terlihat di kejauhan. Tapi jalanan semakin becek. Akhirnya suamiku menyerah. Gak berani untuk melanjutkan perjalanan. Ya sudahlah, at least we try, pikirku dalam hati. Tapi ketika mau putar balik, hal yang paling aku takutkan terjadi: BAN DEPAN SELIP!


Lirik lagu Noah yang berjudul Separuh Aku langsung bermain di kepala “Dan terjadi lagi, kisah lama terulang kembali….” Teringat road trip di tahun 2003 lalu di Banten, mobil selip dan aku harus berusaha mendorong. Bedanya, dulu aku gak sendiri, karena aku road trip bersama sepupu. Sekarang, aku harus berjuang sendiri. Sanggup gak nih?
Sudah tentu tidak dong. Setelah mencoba mendorong mobil beberapa kali dan tetap bergeming, aku pun menyerah. Tapi berusaha untuk tidak panik. Mari mencari bala bantuan. Aku ingat kalau beberapa saat lalu kami sempat melewati pemukiman warga. Lebih baik aku berjalan ke pemukiman itu deh.
Ternyata aku gak perlu berjalan sampai ke pemukiman warga terdekat. Belum terlalu jauh melangkah, aku melihat ada beberapa petani yang tengah beristirahat. Aku pun berteriak, memanggil dan meminta tolong.

Karena sudah ada pertolongan, aku pun berjalan-jalan ke sekitar. Meski gagal ke Pantai Batu Panganten, tapi paling gak aku punya foto pantainya deh, pikirku dalam hati. Kebetulan lokasi aku saat itu sudah berada di atas tebing, tak terlalu jauh dari pantai.


Asik foto-foto, aku sampai tak sadar kalau Si Putih sudah lolos dari jebakannya. Alhamdulillah. Mari kita kembali aja. Tapi ternyata suamiku malah ngajak lanjut. Nanggung katanya. Oke deh, gimana pak supir aku sih. Dan benar aja, gak lama kami pun tiba di area parkiran Batu Panganten.
Untuk bisa ke pantai masih harus lanjut berjalan kaki, dan turun dari bukit. Sayangnya belum juga turun ke pantai, langit menggelap. Daripada nanti hujan dan jalanan malah semakin becek, lebih baik buru-buru pulang deh. Ngeri kan kalau sampai kejadian selip kedua kalinya.
Tips Berkunjung ke Pantai Batu Panganten


Akhirnya aku memang gak jadi menikmati Pantai Batu Panganten. Tapi bukan berarti pantai ini gak layak dikunjungi, justru aku masih yakin kalau pantai ini salah satu destinasi wisata di Ujung Genteng yang wajib dikunjungi. Biar gak galau dan gak zonk seperti aku, berikut ini beberapa tips yang bisa kamu ikuti jika hendak berkunjung ke Pantai Batu Panganten:
- Hindari musim hujan, karena akses jalanan menuju lokasi pantai akan becek. Atau kamu bisa mencari jasa ojek untuk mengantarkan ke tempat wisata ini.
- Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup karena belum banyak warung makan di sekitar pantai.
- Gunakan alas kaki yang nyaman untuk menjelajahi tebing-tebing karang.
- Bawalah kamera untuk mengabadikan momen indah di pantai.
- Jagalah kebersihan pantai dan buanglah sampah pada tempatnya.
Meski aku gagal, tapi menurut aku Pantai Batu Panganten merupakan pilihan yang tepat bagi para pecinta alam yang mencari ketenangan dan keindahan alam yang masih alami. Bahkan ketika aku menuliskan pengalaman ini, ada rasa menyesal karena gak berani mencoba untuk melanjutkan perjalanan sekalian lanjut meng-explore pantai-pantai lain di sekitarnya. Meski aku kali ini gagal, tapi bukan berarti kamu pun akan mengalami hal yang sama seperti aku. Ayo kunjungi Pantai Batu Panganten dan rasakan pengalaman wisata yang tak terlupakan.
x.o.x.o

Dian Ravi. Muslimah travel blogger Indonesia. Jakarta. Part time blogger, full time day dreamer. Pink addict, but also love toska. See, even I cannot decide what’s my favorite color is.Mau bikin bahagia, cukup ajak jalan dan foto-foto.